Selasa, 12 Juli 2011

Preeklamsia

3.  a. Penyebab preeclampsia-eklampsia
         Sampai sekarang belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan penyakit yaitu, primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Namun ada juga yang menyebutkan penyebab dari preeklampsi yaitu menggunakan teori “iskemia plasenta”. Teori ini menjelaskan plasenta mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksilyang sangat toksis, khususnya terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peeroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.
       b. Patofisiologi preeclampsia-eklampsia
   Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik, peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotic koloid. Pada preeclampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasopasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2. Selain kerusakan endothelial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeclampsia mudah menderita edema paru.
   Pada perempuan hamil yang terlihat sehat bisa mendadak kejang. Kejang dimulai dengan kejang tonik klonik. Dimulai dengan gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Kejang tonik segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernapasan tertahan.
4. Patofisiologi Sindrom HELLP
Sindrom HELLP merupakan suatu keadaan multisystem, yaitu suatu bentuk preeclampsia-eklampsia dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukkan adanya bukti laboratorium umum untuk sindrom hemolisis (H) sel darah merah, peningkatan enzim hati (EL), dan trombositrendah (LP). Sindrom  HELLP diduga terjadi akibat perubahan yang mengiringi preeclampsia. Vasospasme arterial, kerusakan endothelium, dan agregasi trombosit dengan akibat dari hipoksia jaringan ialah mekanisme yang mendasarinya untuk patofisiologi sindrom HELLP. Koagulopati yang terlihat pada sindrom HELLP serupa dengan DIC, kecuali bahwa pemeriksaan faktor pembekuan, masa protrombin, masa tromboplastin sebagian, dan waktu perdarahan biasanya tetap normal.